Kereta api cepat Whoosh melintas di Bandung

Whoosh (singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat; sebelumnya dan juga dikenal sebagai Kereta Cepat Jakarta–Bandung)[1][2] adalah sistem kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.[3] Kereta api ini memiliki kecepatan operasional hingga 350 km/h dan memiliki relasi Tegalluar Summarecon—Halim.

Layanan kereta api berkecepatan tinggi ini dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China yang 60% sahamnya dipegang oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, sementara sisanya dipegang oleh China Railway International Co. Ltd. melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.[4] Trase layanan ini adalah fase pertama dari serangkaian jalur di sistem kereta api berkecepatan tinggi di Pulau Jawa.

Jenama Whoosh diumumkan oleh Ketua Tim Panel Sayembara Desain Identitas Jenama Kereta Api Cepat Indonesia, Triawan Munaf, pada 21 September 2023. Nama Whoosh merupakan onomatope bahasa Inggris dari suara benda yang sedang melaju kencang, dalam hal ini adalah kereta cepat.[5][6] Nama ini juga merupakan akronim dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat.[7]

Logo Whoosh berasal dari hasil sayembara yang diikuti oleh perkumpulan perusahaan desain grafis. Sayembara ini diikuti oleh sepuluh kontestan dan diseleksi menjadi tiga finalis.[8] Logo yang terpilih diumumkan bersamaan dengan peresmian Whoosh pada 2 Oktober 2023.[9] Logo tersebut merupakan buatan studio desain Visious, terdiri atas logogram berbentuk huruf W yang menggambarkan efek lesatan kereta cepat dan tulisan Whoosh yang mengaplikasikan prinsip "huruf yang kokoh".[10]

Selain penjenamaan berupa logo dan warna, KCIC juga meluncurkan jenama audio berupa jargon yang diucapkan setelah pengumuman di dalam kereta api, yakni "Whoosh, whoosh, whoosh, yes!".[11]

Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional.[12] Pada 21 Januari 2016, Jokowi meletakkan batu pertama konstruksi di kawasan Perkebunan Teh Walini milik PTPN VIII. Estimasi pembiayaan proses konstruksi ini mencapai Rp70 triliun.[13]

Pada tahun 2017, di Kota Beijing, Republik Rakyat Tiongkok, ditandatangani Facility Agreement Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping.[12] Budi Karya Sumadi selaku Menteri Perhubungan mengingatkan kepada perusahaan kontraktor agar segera mempercepat proses konstruksi. Menurutnya, pembebasan lahan menjadi masalah terhambatnya pembangunan infrastruktur, dan ia tidak mengharuskan pembebasan lahan rampung 100%. Kendati demikian, pembebasan lahan masih menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar pinjaman yang diberikan oleh China Development Bank dapat segera cair.[14]

Trase yang ditetapkan adalah rute Jakarta–Bandung sejauh 142,3 km[15], dan didukung empat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Setiap stasiun akan dilengkapi fasilitas untuk mendukung pembangunan berorientasi transit (TOD) di sekitar stasiun. Terkait dengan rencana stasiun baru ini, Walini akan diproyeksikan sebagai sebuah kota terencana baru yang akan menjadi penyangga wilayah Bandung Raya. Proyek ini diproyeksikan akan menyerap 39.000 tenaga kerja saat proses konstruksi, 20.000 tenaga kerja saat proses pembangunan TOD, dan 28.000 tenaga kerja setelah operasi. Untuk mendukung operasional, KCIC akan menghadirkan 11 set kereta cepat dengan 8 kereta per rangkaian.[16]

Proyek ini tidak selalu berjalan mulus. Estimasi biaya yang ditetapkan oleh KCIC semula berkisar US$6,1 miliar, tetapi pada November 2020, KCIC memperkirakan ada pembengkakan sehingga menjadi US$8,6 miliar, dan dari pihak manajemen mampu menekan biaya menjadi sebesar US$8 miliar. Kementerian BUMN mengatakan bahwa pembengkakan biaya ini akan ditutup dengan pendanaan dari konsorsium pemegang saham serta pinjaman. Konsorsium tersebut akan menanggung 25% cost overrun yang berasal dari penyertaan modal negara yang masuk ke PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp4 triliun dan Tiongkok akan urun sebesar Rp3 triliun. Sebesar 75% sisanya berasal dari pinjaman.[17]

Pada tanggal 18 Oktober 2021, KCIC menyatakan bahwa Stasiun Walini yang semula dimasukkan dalam daftar stasiun mereka, dicoret dari daftar stasiun, terkait dengan efisiensi biaya. Oleh karena itu, mereka akan memilih menggeser stasiun tersebut ke Padalarang untuk alasan integrasi moda.[18]

Pada 18 Mei 2023, KCIC resmi memulai uji coba perdana jalur kereta cepat Jakarta–Bandung. Jalur KCIC dialiri listrik dengan tegangan 27,5 kV AC.[19] Pada tanggal 16 September, KCIC mulai membuka uji coba perdana gratis bagi masyarakat umum hingga tanggal 30 September.[20]

Pada 6 Mei 2016, Direktur Utama KCIC saat itu, Hanggoro Budi Wiryawan, menetapkan trase Jakarta–Bandung untuk jalur KCIC. Menurutnya, rute tersebut memiliki daya beli yang sangat memungkinkan untuk membeli tiket kereta cepat. Menurut Wiryawan, Bandung merupakan tempat yang cukup potensial untuk dikembangkan dalam sektor perdagangan dan pariwisata. Dengan penetapan trase tersebut, bisnis KCIC tidak hanya sebatas mengandalkan kereta cepatnya, tetapi juga pengembangan kawasan di sekitar stasiun yang akan disinggahi layanan KCIC.[21]

Jalur ini didukung 13 terowongan dan dibangun menggunakan konstruksi layang dengan panjang 60% dari total panjang jalur (142,3 km). Sisanya menggunakan at grade, khususnya pada segmen-segmen yang akan melalui terowongan hingga akhirnya sampai di Bandung.[22][23]

Jalur Whoosh memiliki lebar sepur 1.435 mm (4 ft 8+1⁄2 in) dan awalnya didukung dengan listrik aliran atas bertegangan 25 kV AC. Jalur ini sudah dibuat ganda sejak pembangunannya pertama kali.[24] Saat proses uji coba pada 18 Mei 2023, tegangan listrik diubah menjadi 27,5 kV AC. Empat gardu traksi LAA ditempatkan di Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.[25]

Bakal pelanting yang digunakan oleh Whoosh adalah kereta rel listrik (KRL) KCIC400AF. KCIC400AF sendiri merupakan varian kereta cepat yang dibuat berbasis Fuxing CR400AF yang diproduksi oleh CRRC Qingdao Sifang, sebuah perusahaan manufaktur bakal pelanting asal Tiongkok. Kereta rel listrik KCIC400AF mampu melaju dengan kecepatan tinggi maksimal hingga 420 km/h (261 mph). Kereta ini dibuat dengan desain unik khas Indonesia dengan eksterior menyerupai moncong komodo dan interior dihiasi Batik Megamendung dari Cirebon, sehingga kereta ini dijuluki "Komodo Merah" (Red Komodo). Rangkaian kereta cepat KCIC400AF dirancang dengan minim kebisingan dan getaran, tahan api, banjir, dan gempa bumi, serta tahan terhadap serangan objek asing..[26]

Selain mengoperasikan 10 Trainset kereta cepat, KCIC juga mengoperasikan 1 Trainset kereta inspeksi. Pengiriman armada dimulai pada Agustus 2022 dan tiba di Indonesia pada akhir Agustus.[27]

Lokomotif Diesel Elektrik DF4D (Penomoran Lokomotif di Indonesia: CC 207 23 01) juga didatangkan dari Tiongkok yang digunakan untuk lokomotif penolong saat mengalami kendala pada pengoperasian EMU KCIC400AF lintas KCJB, sedangkan Lokomotif DF4B yang sudah selesai pembangunan proyek kereta cepat ini sudah dikembalikan ke asal negara Tiongkok, lokomotif ini aslinya milik China Railway.[28]

Menurut Joni Martinus, VP Public Relations KAI, tarif yang akan ditetapkan berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp350 ribu. Namun Martinus beranggapan bahwa tarif tersebut masih dikaji di berbagai aspek.[27] Pada tanggal 14 Oktober 2023 tarif kereta cepat ditetapkan. Tarif awal yang dikenakan sebesar Rp150.000 sebagai tarif promo pada masa awal pengoperasian.[29] Tarif ini untuk kelas ekonomi premium pada relasi perjalanan dari Stasiun Halim hingga Stasiun Tegalluar dan sudah termasuk tiket kereta feeder saat pengguna kereta cepat melakukan transit di stasiun Padalarang menuju stasiun Bandung (pusat Kota Bandung).[30]

Pemesanan tiket yang saat ini tersedia untuk Whoosh adalah melalui situs resmi KCIC (ticket.kcic.co.id), aplikasi Whoosh yang dikembangkan sendiri oleh KCIC, Access by KAI, serta aplikasi perbankan digital.[31] Sistem boarding yang digunakan oleh KCIC adalah menggunakan pemindaian kode QR ke mesin gate yang terpasang di pintu keberangkatan stasiun. Sistem ini otomatis akan ditutup 5 menit sebelum keberangkatan sehingga tiket yang dipegang dapat hangus jika penumpang terlambat datang.[32]

Pada 30 Mei 2024, KCIC meluncurkan kartu tiket berganda bernama Frequent Whoosher Card seharga Rp1.750.000 yang dapat ditukarkan dengan tiket kelas Ekonomi Premium hingga 10 kali. Kartu ini tidak dapat ditukarkan oleh selain pemilik, dan berlaku 30 hari sejak tanggal pembelian.[33][34]

Ignasius Jonan, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan, pernah mengkritik proyek ini karena bermacam-macam faktor. Secara teknis Jonan mengatakan bahwa jarak 150 km saja (yakni, rute Jakarta–Bandung), tidak membutuhkan kereta cepat, seraya mengatakan bahwa interval tiap stasiun adalah 8 menit setiap perjalanan, jika yang dibangun berjumlah 5 stasiun. "Kalau delapan menit, apa bisa delapan menit itu dari velositas 0 km per jam sampai 300 km per jam?" Secara ideal, Jonan pun mengatakan bahwa kereta cepat idealnya memiliki jarak yang cukup jauh, seperti rute Jakarta–Surabaya. Pada dasarnya ia juga menuturkan bahwa Kementerian Perhubungan tidak mempersulit perizinan proyek ini, asalkan seluruh persyaratannya dipenuhi, termasuk masa konsesi 50 tahun setelah penandatanganan kesepakatan, bukan dihitung dari hari pertama operasional. Ia tidak menginginkan kasus Jakarta Eco Transport terulang lagi, dan mengancam akan mencabut izin jika proyek berhenti di tengah jalan.[35]

Kala itu, program KCIC tidak masuk dalam daftar proyek Kemenhub. Saat pemerintah pusat memilih konsorsium Tiongkok untuk menggarap proyek, Ia juga tidak dilibatkan.[3] Pada pertengahan 2014, dalam sebuah acara di Universitas Binus, Jonan menganggap proyek tersebut tidak berkeadilan.[35] Namun Ia mendukung proyek kereta cepat hingga Surabaya.[36]

Akibat dari pembengkakan biaya pada 2021, Presiden mengesahkan Perpres No. 93 Tahun 2021. Untuk melaksanakan perpres tersebut, Pemerintah Pusat membentuk Komite Kereta Cepat Jakarta–Bandung, yang dipimpin langsung oleh Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan. Selain itu kepemimpinan konsorsium di dalam PSBI dialihkan dari Wijaya Karya (Wika) ke KAI. Pada 1 November 2021, pemerintah mengeluarkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,4 Triliun untuk mengatasi pembengkakan biaya yang dialami KCIC.[37][38]

Setelah KCIC mendapatkan PMN, Presiden Jokowi dianggap mengingkari janji oleh media massa dan sebagian masyarakat. Pasalnya, KCIC adalah proyek bisnis-ke-bisnis sehingga skema pembiayaannya tidak menggunakan APBN. Namun pemerintah beralasan PMN tersebut dilakukan karena situasi yang masih berada dalam pandemi Covid-19, terganggunya arus kas para anggota konsorsium, perubahan desain dan kondisi geografi di proyek, serta melambungnya harga tanah per meter persegi.[37][39]

Pada kenyataannya, pembengkakan biaya pada proyek transportasi berbasis rel selalu terjadi.[40][41] Namun, proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung pada akhirnya memiliki biaya konstruksi per kilometer yang jauh lebih rendah dibandingkan MRT Jakarta.[42][43]

Pada 22 Oktober 2019, terjadi kebakaran di pinggir Jalan Tol Purwakarta–Bandung–Cileunyi KM 130 yang diduga akibat kebocoran pipa Pertamina, setelah pengawas keselamatan kerja mengabaikan informasi bahwa terdapat jaringan pipa Pertamina pada lokasi proyek.[44]

Saat curah hujan tinggi pada Januari 2020, material proyek pembangunan KCJB terbukti menyumbat drainase hingga memicu terjadinya banjir di Jalan Tol Jakarta–Cikampek.[44]

Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) Kementerian PUPR sempat meminta penghentian sementara proyek KCIC pada 2 Maret 2020 hingga 2 minggu, sebagai upaya memperbaiki Standar Operasional Prosedur (SOP) di lokasi proyek.[45]

Pada tanggal 2 Juni 2021, dilakukan peledakan Gunung Bohong untuk pembangunan terowongan. Peledakan ini menyebabkan sejumlah rumah milik warga rusak parah.[46]

Pada tanggal 18 Desember 2022, pukul 17.00, satu unit lokomotif DF4B mengalami anjlok di Cempakamekar, Padalarang, Bandung Barat. Lokomotif anjlok hingga sejauh 200 meter dari ujung rel kemudian menabrak Mesin Pemasang Bantalan berwarna kuning. Lima orang terluka dalam peristiwa ini, sementara dua pekerja asal Tiongkok tewas.[47]

Halaman ini berisi artikel tentang perusahaan transportasi kereta cepat di Indonesia. Untuk layanan kereta cepat dari Jakarta ke Bandung, lihat

PT Kereta Cepat Indonesia China (Hanzi sederhana: 印尼中国高速铁路有限公司; Hanzi tradisional: 印尼中國高速鐵路有限公司; Pinyin: yìnní zhōngguó gāosù tiělù yǒuxiàn gōngsī, biasa disingkat menjadi KCIC) adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang penyelenggaraan jaringan kereta kecepatan tinggi di Indonesia. Pada tahap awal, perusahaan ini membangun jalur kereta kecepatan tinggi dengan rute Jakarta–Bandung di kawasan megapolitan Parahyangan.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2015 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR asal Tiongkok, dengan PSBI memegang 60% saham perusahaan ini, sementara Beijing Yawan memegang sisanya.[1] Beijing Yawan merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh sejumlah BUMN Tiongkok, yakni China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, CRRC Corporation, Sinohydro, dan China Railway Signal & Communication.[2]

Pembangunan jalur kereta kecepatan tinggi di Indonesia telah melalui proses panjang, semenjak Jepang memperkenalkan kereta cepat mereka pada tahun 2008. Di tengah-tengah studi kelayakan tersebut, kerja sama proyek tersebut diambil alih oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan menghadirkan skema yang menurut RRT "tidak memberatkan pemerintah".[3][4]

Pada bulan April 2015, Republik Rakyat Tiongkok bersaing dengan Jepang untuk menawarkan kereta kecepatan tinggi mereka untuk Indonesia.[5] Perlombaan tersebut, menurut The Jakarta Post, menjadi bagian dari permainan politik dan ekonomi antara kedua negara tersebut untuk merebut pengaruh strategis di kawasan Asia-Pasifik.[6] Proyek ini sempat hampir dibatalkan pada akhir bulan September 2015, hingga akhirnya Indonesia memilih Tiongkok sebagai pemenang proyek dengan nilai Rp 75 triliun (US$ 5 miliar).[7]

Pada tanggal 2 Oktober 2015, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) resmi dibentuk sebagai sebuah konsorsium dari empat BUMN yang akan terlibat dalam proses pembangunan kereta kecepatan tinggi, yakni Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PTPN VIII, dan Jasa Marga. Pada tanggal 6 Oktober 2015, pembentukan konsorsium pun dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dan Presiden Joko Widodo kemudian mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung. PSBI rencananya akan melakukan penyertaan modal ke sebuah perusahaan patungan yang didirikan bersama BUMN Tiongkok.[8][9]

Perusahaan patungan tersebut kemudian didirikan dengan nama PT Kereta Cepat Indonesia China, dengan PSBI memegang 60% saham, sementara Beijing Yawan memegang sisanya. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16 Oktober 2015 dan direncanakan akan mengutamakan komersialisasi, tidak memberatkan APBN, dan mengedepankan sinergi antar bisnis.[10] Menanggapi kerja sama yang baru ini, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyatakan bahwa ia "sangat menyesalkan" dan "sulit memahami" pilihan Indonesia.[5] Namun, Menteri BUMN saat itu, Rini Soemarno, mengatakan bahwa struktur keuangan Tiongkok dinilai lebih menguntungkan karena proposal Tiongkok tidak memerlukan jaminan dan pendanaan dari Pemerintah Indonesia.[3]

Memulai konstruksi, Jokowi mengesahkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 yang menetapkan kereta cepat sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional.[11] Pada tanggal 21 Januari 2016, Jokowi meletakkan batu pertama konstruksi di kawasan Perkebunan Teh Walini milik PTPN VIII. Pembiayaan konstruksi kala itu diperkirakan mencapai Rp 70 triliun.[12] Pada tahun 2017, di Kota Beijing, ditandatangani Perjanjian Fasilitas Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping.[11]

Trase yang ditetapkan adalah rute Jakarta–Bandung sejauh 142,3 km[13], dengan didukung empat stasiun, yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Pada tanggal 18 Oktober 2021, KCIC menyatakan bahwa Stasiun Walini dihentikan pembangunannya, karena alasan efisiensi biaya. Oleh karena itu, KCIC akan menggeser pembangunan stasiun tersebut ke Padalarang, agar kereta cepat dapat lebih terintegrasi dengan layanan Kereta Api Indonesia.[14]

Proyek ini mengalami pembengkakan biaya, yang semula diperkirakan US$ 6,1 miliar, menjadi US$ 8,6 miliar. Untuk menangani masalah tersebut, manajemen KCIC berupaya menekan biaya menjadi sebesar US$ 8 miliar. Kementerian BUMN lalu mengatakan bahwa pembengkakan biaya tersebut akan ditutup dengan pendanaan dari konsorsium pemegang saham serta pinjaman.[15]

Pada tanggal 18 Mei 2023, KCIC resmi memulai uji coba perdana jalur kereta cepat Jakarta–Bandung. Jalur KCIC dialiri listrik dengan tegangan 27,5 kV AC.[16] Pada tanggal 16 September, KCIC mulai membuka uji coba perdana gratis bagi masyarakat umum hingga 30 September.[17]

KCIC mengoperasikan layanan kereta kecepatan tinggi dengan rute Jakarta–Bandung dengan jenama Whoosh. Sepanjang perjalanannya, KCJB melayani empat stasiun. Layanan ini menggunakan jalur yang memiliki 13 terowongan dan dibangun menggunakan konstruksi layang dengan panjang 60% dari total panjang jalur (142,3 km). Sisanya menggunakan at grade, khususnya pada segmen-segmen yang akan melalui terowongan hingga akhirnya sampai di Bandung.[18][19]

KCJB menggunakan sarana Electric Multiple Unit (EMU) KCIC400AF, dengan basis CR400AF/Fuxing, buatan CRRC Qingdao Sifang, Co. Ltd.[20] Sarana kereta ini memiliki kecepatan operasional hingga 350 km/jam. KCIC400AF telah diadaptasikan sesuai kondisi iklim dan geografis Pulau Jawa dan akan menghadirkan interior bernuansa Indonesia seperti komodo, batik, dan Borobudur.[21] Rangkaian kereta cepat dirancang untuk minim kebisingan dan getaran, tahan api, banjir, dan gempa bumi, serta tahan terhadap serangan objek asing.[22]

Ignasius Jonan, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan, mengkritik pendeknya rute Jakarta–Bandung, serta menganggap bahwa kereta kecepatan tinggi idealnya memiliki jarak yang cukup jauh, seperti rute Jakarta–Surabaya. Meskipun demikian, Kementerian Perhubungan tidak mempersulit perizinan proyek ini, asalkan seluruh persyaratannya dipenuhi. Jonan tidak menginginkan kasus Jakarta Eco Transport terulang lagi, dan mengancam akan mencabut izin jika proyek berhenti di tengah jalan.[23] Jonan tidak banyak dilibatkan dalam pembentukan KCIC, serta proyeknya saat itu tidak masuk dalam daftar proyek strategis Kemenhub. Proyek KCJB digagas berdasarkan keinginan Rini Soemarno, Menteri BUMN agar Indonesia menjadi penyelenggara kereta kecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara. Pada pertengahan 2014, dalam sebuah acara di Universitas Binus, Jonan menganggap proyek tersebut tidak berkeadilan.[23]

Selama pembangunan, proyek tersebut juga beberapa kali menemui masalah. Pada 22 Oktober 2019, terjadi kebakaran di pinggir Jalan Tol Padalarang–Buahbatu km 130 yang diduga akibat kebocoran pipa Pertamina. Warga yang tinggal di sekitar proyek sempat mengingatkan kepada pengelola proyek KCIC bahwa di kawasan tersebut terdapat jaringan pipa Pertamina. Selain itu, Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian PUPR sempat meminta penghentian sementara proyek pada 2 Maret 2020. Menurut penilaian Komite tersebut, proyek ini menyumbat saluran air di Jalan Tol Jakarta–Cikampek dan Purwakarta–Bandung–Cileunyi sehingga menimbulkan banjir.[24]

Pada 2021, pendanaan proyek KCIC disorot. Pada 1 November 2021, pemerintah mengucurkan APBN sebesar Rp 3,4 triliun untuk menutupi cost overrun yang dialami KCIC.[25][26] Setelah KCIC mendapat kucuran dana tersebut, tindakan pemerintah menuai kontroversi dan Jokowi dicap "ingkar janji" oleh masyarakat dan media massa. Pasalnya, KCIC adalah proyek business to business sehingga skema pembiayaannya tidak menggunakan APBN..[25][27]

Pada Juli 2024 akupansi KCIC mencapai 70 hingga 80 persen dengan jumlah penumpang harian antara 16 hingga 18 ribu pada hari kerja dan 18 hingga 22 ribu pada akhir.[28] Pada saat perencanaan KCIC ditargetkan memiliki 30 ribu penumpang per hari atau 10.950.000 per tahun.[29] Pada tahun 2023 KCIC mengangkut sebanyak 1.028.216 orang.[30]

Catatan *17 Oktober-25 Desember 2023, ** Januari-Juni 2024

Kereta Cepat Jakarta-Bandung hadir dengan tipe terbaru, CR400AF, yang dilengkapi teknologi modern dan handal serta pramugari yang senantiasa siap melayani selama perjalanan Anda. Fitur Cabin Noise yang lebih rendah akan meredam getaran dengan lebih optimal. Perjalanan berkualitas untuk pengalaman lebih bernilai.

KERETA cepat Jakarta-Bandung bisa menjadi benalu bagi sektor perkeretaapian Indonesia. Megaproyek ini sulit mencapai titik impas dan pemerintah meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) menomboki keuangan anak usahanya, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Keputusan ini akan berdampak kembali mundurnya layanan moda angkutan darat itu.

Transformasi kereta api merupakan satu dari sedikit hal yang Indonesia bisa banggakan. Setelah transformasi digulirkan satu dekade lalu oleh Ignasius Jonan, Direktur Utama PT KAI 2009-2014, layanan perkeretaapian Indonesia kini mendekati negara maju: relatif tepat waktu, melek teknologi, bersih, dan nyaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua itu bisa runtuh gara-gara kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek yang dimulai pada Januari 2016 oleh Presiden Joko Widodo dan ditentang Jonan itu cacat sejak awal. Klaim 45 menit perjalanan Jakarta-Bandung tak terwujud. Sebab, sepur kilat itu berhenti di Padalarang dan Tegalluar—sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Bandung. Dengan menyambung perjalanan menggunakan kereta feeder dari Padalarang, total waktu tempuh hingga tengah kota mencapai 60 menit.

Selama ini Jakarta dan Bandung dihubungkan oleh jalan tol Cipularang dan kereta Argo Parahyangan dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 50 menit. Artinya, untuk memangkas dua jam perjalanan, pemerintah menggulirkan proyek Rp 108 triliun—Rp 79 triliun di antaranya pinjaman dari Cina. Jumlah uang yang sama bisa dimanfaatkan untuk membangun 1.000 kilometer jalan tol di Sumatera.

Setelah kereta itu diresmikan Jokowi pada 2 Oktober 2023, argo pembayaran utang langsung berputar. Dengan tenor 30 tahun dan bunga 3,4 persen, cicilan utang plus bunga ke China Development Bank mencapai Rp 226,9 miliar per bulan atau Rp 2,7 triliun per tahun.

Beban keuangan KCIC masih ditambah ongkos operasional. Biaya gaji sekitar 900 pelaksana operasi dan perawatan mencapai Rp 900 miliar-1 triliun per tahun.

Pengeluaran itu timpang jika dibandingkan dengan pemasukan kereta cepat, yang harga tiketnya Rp 250-350 ribu. KCIC terus mengubah taksiran jumlah penumpang, dari 60 ribu menjadi 10 ribu per hari. Dengan hitungan paling optimistis 3,6 juta penumpang per tahun dikalikan tarif tertinggi, pemasukan dari tiket KCIC Rp 1,26 triliun per tahun. Tekor banyak. Pemasukan nontiket, seperti dari iklan, tak bakal mampu mengimbanginya.

Pemerintah meminta KAI menombok atas kerugian KCIC dengan menyisihkan pendapatan pengangkutan batu bara di Sumatera untuk ditabung (sinking fund). Ketentuan ini hampir pasti menggoyahkan keuangan PT KAI karena pengangkutan batu bara merupakan sumber pendapatan terbesar mereka.

Pada 2022, KAI mendulang Rp 8,4 triliun hasil mengangkut batu bara dan Rp 6,9 triliun dari pengangkutan penumpang, yang membuahkan laba bersih Rp 1,6 triliun. Tahun ini, potensi laba mereka dipastikan berkurang karena kewajiban sinking fund. Padahal tanpa beban kereta cepat pun KAI kesulitan mempertahankan layanan di tengah lonjakan jumlah penumpang. PT Kereta Commuter Indonesia, misalnya, membutuhkan Rp 8,65 triliun untuk menambah jumlah kereta rel listrik Jabodetabek, yang melayani 217 juta dari total 277 juta penumpang se-Indonesia sepanjang tahun lalu.

Sulit dipahami, layanan semasif itu dikorbankan demi pemangkasan dua jam perjalanan untuk segelintir orang.

Train operator company in Indonesia

PT Kereta Cepat Indonesia China (lit. 'Indonesia China High-Speed Railways Limited', abbreviated as KCIC) is an Indonesian transportation company that operates the Indonesian high-speed rail network built on the Jakarta–Bandung route in the Parahyangan megapolitan area.[1]

The company is a joint venture between PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) by 60% and Chinese state-owned consortium company Beijing Yawan HSR Co. Ltd. by 40%.[1][2] PSBI itself is a joint venture of Indonesian state-owned enterprises consists of Kereta Api Indonesia (51.37%), Wijaya Karya (39.12%), Jasa Marga (8.3%), and Perkebunan Nusantara VIII (1.21%).[3] Beijing Yawan HSR Co. Ltd. is also a joint venture, formed by Chinese state-owned enterprises including China Railway Group Limited (42,88%), Sinohydro (30%), CRRC (12%), China Railway Signal & Communication (10.12%), and China Railway International (5%).

China's bid and the establishment of KCIC

In April 2015, the People's Republic of China competed with Japan when the two countries offered their high-speed trains to Indonesia.[4] This competition, according to The Jakarta Post, is part of a geopolitical and economic rivalry between the two countries to gain strategic influence in the Asia-Pacific region.[5] After the project was nearly canceled at the end of September, Indonesia chose China as the winner of this 75 trillion rupiah (US$5 billion) project.[6]

On 2 October 2015, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) was formed as a consortium of four state-owned enterprises involved in the high-speed train development process namely: Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PTPN VIII, and Jasa Marga. On 6 October, the formation of the consortium was reported to the Financial Services Authority, and President Joko Widodo passed Presidential Regulation (Perpres) No. 107 of 2015 concerning the Acceleration of Implementation of Fast Train Infrastructure and Facilities between Jakarta and Bandung. The company will invest in a joint venture.[7][8]

The joint venture is called PT Kereta Api Indonesia China, with 60% ownership of PSBI and 40% of China Railway International Company Limited. The company was formed on 16 October 2015 and is planned to prioritise commercialisation, not burden the state budget, and promote synergies between businesses.[9] Responding to this new partnership, Japanese Prime Minister Yoshihide Suga stated he "deeply regretted" and "difficult to understand" Indonesia's choice.[4] However, BUMN Minister Rini Soemarno said that China's financial structure was considered more profitable because China's proposal did not require guarantees and funding from the Indonesian government.[10]

To start construction, Joko Widodo (Jokowi) passed Presidential Regulation no. 3 of 2016 as a National Strategic Project.[1][11] On 21 January 2016, Jokowi laid the first stone for construction in the Walini Tea Plantation area owned by PTPN VIII. The estimated financing for the construction process reaches IDR 70 trillion.[12]

In 2017, in the City of Beijing, PRC, a Facility Agreement for Infrastructure Financing and Fast Train Facilities was signed, which was personally witnessed by President Jokowi and PRC President Xi Jinping.[11] Budi Karya Sumadi as the Minister of Transportation reminded construction contractor companies to immediately speed up the construction process. According to him, land acquisition is a problem of hampering infrastructure development, and he does not require that land acquisition be completed 100%. Nevertheless, land acquisition is still a prerequisite that must be met so that the loan provided by the China Development Bank can be disbursed immediately.[13]

The established route is the Jakarta-Bandung route of 142.3 km,[14] and is supported by four stations namely Halim, Karawang, Walini and Tegalluar. Each station will be equipped with facilities to support transit-oriented development (TOD) around the station. Regarding the plan for this new station, Walini will be projected as a new planned city that will become a buffer for the Greater Bandung area. This project is projected to absorb 39,000 workers during the construction process, 20,000 workers during the TOD construction process, and 28,000 workers after operation. To support operations, KCIC will present 11 sets of fast trains with 8 railway carriage per trains.[8]

This project does not always run smoothly. The estimated cost set by KCIC was originally around US$6.1 billion, but in November 2020, KCIC estimated that there would be an increase to US$8.6 billion, and management was able to reduce costs to US$8 billion. The BUMN (State-owned enterprise) Ministry said that this cost overrun would be covered with funding from a consortium of shareholders and loans. The consortium will bear the 25% cost overrun originating from the state's capital participation that goes into PT Kereta Api Indonesia in the amount of IDR 4 trillion and China will lose IDR 3 trillion. The remaining 75% comes from loans.[15]

On 18 October 2021, KCIC stated that Walini Station, which was originally included in their list of stations, was removed from the list of stations, due to cost efficiency. Therefore, they will choose to shift the station to Padalarang for modal integration reasons.[16]

On 18 May 2023, KCIC officially started the first trial of the Jakarta-Bandung high-speed rail line. The KCIC line is electrified with a voltage of 27.5 kV AC.

On May 6 2016, the then KCIC President Director, Hanggoro Budi Wiryawan, determined the Jakarta-Bandung route for the KCIC line. According to him, the route has purchasing power which makes it very possible to buy high-speed train tickets. Bandung, according to Wiryawan, is a place with enough potential to be developed in the trade and tourism sector. With this determination of the route, KCIC's business is not only limited to relying on its high-speed rail, but also the development of areas around the stations where KCIC will serve.[17]

This line is supported by 13 tunnels and was built using elevated construction with a length of 60% of the total track length (142.3 km). The rest use at grade, especially for the segments that will go through the tunnel until they finally arrive in Bandung.[18][19]

The Jakarta–Bandung high-speed rail line (KCJB) has a track width of 1,435 mm (4 ft 8 1⁄2 in) and was initially powered by 25 kV AC overhead power. This line has been doubled since its construction for the first time.[20] During the trial process on May 18, 2023, the electric voltage was changed to 27.5 kV AC. Four LAA traction substations are located in Halim, Karawang, Walini, and Tegalluar.[21]

Rute Stasiun Kereta Cepat

Pembangunan konstruksi proyek kereta cepat ini sudah mencapai 88,8 persen. Dengan jalur sepanjang 142,3 km, proyek yang diharapkan bisa menjadi kereta modern ini membentang dari Stasiun Halim Jakarta Timur hingga Stasiun Tegalluar di Bandung bagian timur.

Jika dihitung, jumlah stasiun pemberhentian untuk perjalanan menggunakan kereta cepat ini sebanyak empat stasiun dengan satu depo. Mulai dari Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, serta Stasiun Tegalluar yang sekaligus menjadi depo.

Untuk penggunaan stasiun Padalarang, nantinya menjadi stasiun Hub yang menghubungkan layanan kereta cepat dengan kereta api. Penggunaanya untuk melayani penumpang dari Bandung bagian barat dan Bandung kota. Sementara itu, Bandung bagian timur dilayani dari Stasiun Tegalluar.

Adapun harga tiket Kereta Cepat Jakarta Bandung, pihak KCIC mengklaim berdasarkan hasil studi tarif kereta cepat yaitu sebesar Rp350.000 untuk rute paling jauh. Sedangkan untuk jam operasionalnya mulai dari 05.30 WIB hingga 22.00 WIB.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) mencatat, terdapat 12 proyek yang dikeluarkan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Asisten Deputi Percepatan dan Pemanfaatan Pembangunan Kemenko Perekonomian Suroto, mengatakan keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 tahun 2023 tentang Peeerubahan Keempat atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 tahun 2021 tentang perubahan daftar Proyek Strategis Nasional.

"Jadi Permenko 8 tahun 2023 memang ada 12 PSN yang dikeluarkan dari daftar PSN," kata Suroto dalam konferensi pers pengembangan PSN, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (7/2/204).

Ia menjelaskan, 12 PSN yang dikeluarkan tersebut mengacu pada hasil evaluasi Kemenko Perekonomian dengan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), serta kementerian teknisnya. Dimana perkembangan dari pembangunan 12 PSN itu belum ada kemajuan.

"Memang kemarin sampai dengan semester II-2023 kelihatannya belum berpogres, sehingga kemarin diusulkan dari Kementerian teknisnya dan sudah mendapatkan arahan pak Presiden untuk dapat dikeluarkan dari daftar PSN. Tapi walaupun keluar dari daftar PSN tetep melaksanakan program reguler, tapi dengan tidak mendapatkan fasilitas PSN," jelasnya.

Ia pun menyebutkan, salah satu proyek yang Presiden Joko Widodo (Jokowi) keluarkan dari daftar PSN tahun 2023 yakni Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya.

"Daftarnya ada pembangunan Pelabuhan Ambon Baru, Kereta Cepat Jakarta Surabaya yang Semi Cepat, kawasan industri, pembangunan jalan tol," ujarnya.

Rolling stock fleet and service

In 2022, CRRC Qingdao Sifang, Co. Ltd. launched the electric multiple unit for KCIC. The train, which was based on the CR400AF/Fuxing design, was given the KCIC400AF[22] series and could run up to 350 km/h. The base is adapted according to the climatic and geographical conditions of Java island and will present interior design with Indonesian nuances such as komodo dragon, batik and Borobudur.[23] The series of high-speed trains are designed to be minimal in noise and vibration, resistant to fire, floods and earthquakes, as well as being resistant to attack by foreign objects.[24] The train are named "Komodo Merah" (lit. 'red komodo dragon') or "Petir Merah" (lit. 'red lightning').

Apart from operating 11 high-speed train sets, KCIC also operates one inspection train. Fleet deliveries start in August 2022 and are scheduled to arrive in Indonesia at the end of August. According to Joni Martinus, KAI's VP Public Relations, the rate to be set is between IDR 250,000 and IDR 350,000. However, Martinus believes that the cost are still in estimating in various aspects.[25]

The DF4B Diesel Electric Locomotive was also brought in to support this project. This locomotive belonged to China Railway,[26] and was sent back to China on 19 September 2023.

What can be changed: Departure date, train number, seat class, and arrival station. Please note that according to Railway Administration regulations, you can only change the arrival station 48 hours or more prior to departure. Changes cannot be made within 48 hours.

What cannot be changed: Departure station (except for intra-city stations), name, ID document, ID document type, etc. If there is a name error on your ticket, it cannot be modified through ticket changes.

Each ticket can only be changed once. Once a ticket has been successfully changed, it cannot be changed again.

Tickets that have been printed for reimbursement and purchased using cash payment can only be changed at a station ticket window, and you will need to return your paper ticket.

If your ticket has been issued directly from 12306 China Railway, you cannot make changes between 23:30 each Tuesday and 05:00 the next day. Change requests submitted during this time will be processed after 05:00 on Wednesday.

If the price of the new ticket is higher than the original ticket price, the new ticket price must be paid in full, and the original ticket price will be refunded once the new ticket has been refunded successfully. If the new ticket price is lower than the original ticket price, the difference will be refunded. A change fee of CNY 15 per person will be charged. For change fees and other details, please refer to the ticket policy.

JAKARTA, 7 Desember 2022 – Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan menjadi kereta api cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.

KCJB akan melaju dengan kecepatan hingga 350 km per jam dan melayani rute Jakarta- Bandung dengan trase 142,3 km dengan 4 stasiun.

Selain Indonesia, Laos pada akhir 2021 lalu telah meresmikan kereta api dengan kecepatan 160 km per jam. Proyek ini disebut dengan nama Proyek Kereta Api Semi Cepat Laos.

Jika melihat pada standar International Union of Railway (UIC), kereta api dengan kecepatan 160 km per jam ini masuk dalam kategori Kereta Api Semi Cepat. Dengan kata lain, Kereta Api Laos merupakan Kereta Api Semi Cepat dan berada di kelas yang berbeda dengan KCJB.

Dilihat dari sisi teknologi, teknologi perkeretaapian hingga konstruksi yang digunakan pada proyek KCJB dan proyek Kereta Api Semi Cepat Laos sangat berbeda.

Dari sisi kereta yang digunakan, KCJB menggunakan EMU (Electric Multiple Unit) tipe KCIC 400 AF atau tipe CR400 AF yang merupakan tipe kereta api cepat generasi terbaru yang digunakan di Tiongkok.

Kereta Api Semi Cepat Laos menggunakan kereta CR200 J yang merupakan EMU dengan teknologi lawas.

Dari sisi sarana perkeretaapian lainnya, KCJB menggunakan jalur kereta cepat khusus dengan teknologi tinggi. Jalur KCJB merupakan jalur kereta yang dibangun baru dengan konsep double track.

Sementara jalur yang digunakan di proyek Kereta Api Semi Cepat Laos merupakan campuran untuk kereta api penumpang dan barang, dan hanya berupa single track line atau satu jalur.

Mengenai konstruksi proyek, infrastruktur KCJB dibangun tahan gempa hingga kekuatan 8 magnitude dan memiliki umur teknis hingga 100 tahun.

“Hal ini menunjukkan jika teknologi yang digunakan KCJB lebih terkini dan paling mutakhir. Dengan kecepatan 350 km per jam, Indonesia kini menjadi pionir kereta api cepat di Asia Tenggara,” ujar Rahadian Ratry, Corporare Secretary PT KCIC

Selain dari sisi teknologi, perbedaan mendasar pada proyek KCJB dan Kereta Api Semi Cepat Laos ada dari sisi pembiayaan.

Pada skema pembebasan lahan, biaya pembebasan lahan proyek KCJB ditanggung sepenuhnya oleh badan usaha PT KCIC.

Hal ini berbeda dengan skema pembebasan lahan yang dilakukan di proyek Kereta Api Semi Cepat Laos.

Di Laos, biaya pembebasan lahan tidak masuk dalam biaya pembangunan proyek. Pembebasan lahan dilakukan dan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Laos.

Ketika harus membebaskan lahan milik swasta, Pemerintah Laos menerapkan sistem barter atau pertukaran lahan swasta dengan pemerintah.

Di sisi lain, Pemerintah Laos memberikan kebijakan lainnya untuk proyek kereta api semi cepat tersebut sehingga biaya pembangunan relatif lebih rendah.

Pada proyek KCJB, dukungan pemerintah diberikan melalui sinergi kementerian yang memberikan dukungan percepatan pembangunan dan penyelesaian proyek KCJB.

Pemberian dukungan dilakukan oleh dua kementerian koordinator dan lima kementerian dalam bentuk kemudahan perizinan, fasilitas perpajakan hingga kepastian hukum lainnya.*

*Informasi lebih lanjut

[email protected]

indonesiabaik.id - Layanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung diproyeksikan sudah bisa dinikmati pada Juni 2023 dengan empat rute stasiun.